Saturday, 2 December 2017

Intelektual Mahasiswa Tidak Dibentuk Dalam Ruang Akademik

Mengurai Realita
Kampus sebagaimana yang kita sadari secara awam ialah istana bagi tempat mengabdinya para intelektual muda juga cendekiawan didalam segala lini bidang ilmu pengetahuan yang dikuasainya. Menjadi ruang belajar yang mendorong pegiatnya menemukan jati diri dalam agenda kuliah, presentase, diskusi tanya jawab lalu keluar kelas. Benarkah ini yang kita harapkan?

Hemat saya, rutinitas kuliah atau ruang akademik hari ini tidak mampu membentuk mahasiswa serta mahasiswinya-nya menjadi intelektual-intelektual muda harapan bangsa. Mengapa demikian? Karena proses yang dilakukan dalam berkuliah hari ini tidak menyentuh ideologi sama sekali, kuliah yang terpenting adalah absensi kehadiran serta berlomba-lomba meraih IPK tertinggi dengan predikat cum laude 4.0, menjadikan kita benar-benar harus terfokus dengan tugas, diktat, laporan dan lain sebagainya. Konsekuensinya kita melupakan tugas utama seorang mahasiswa (intelektual). Apa itu?

Bagi Prof. Dr. Kuntowijoyo, intelektual bukanlah sosok yang berjalan diatas mega kebesarannya, pemikirannya melangit ataupun menghafal seluruh isi bacaan bukunya tetapi intelektual adalah pemikir yang tidak hilang jiwa sosialnya, yang memiliki kesadaran akan tanggung-jawab sosial untuk membela kaum mustad’afiin, peduli terhadap kaum tertindas, dan segala kebijakan ekonomi, politik, sosial, dan budaya yang merugikan negara juga masyarakat.

Kaum intelektual bukanlah kaum yang hanya hadir dalam dunia ide, gagasan dan wacana semata melainkan hadir dalam realitas yang nyata, gerakannya harus membumi dirasakan oleh masyarakat. Inilah yang disebut oleh Antonio Gramsci sebagai intelektual organik, yaitu intelektual yang mampu menyelami realitas nyata masyarakat.

Jika tidak ditemukan diruang kuliah, lalu dimana mahasiswa akan meraih predikat intelektual itu? Salah satunya ialah dengan jalan berorganisasi. Organisasi jika saya uraikan pengertiannya pasti menuai perdebatan yang ruwet, dikarenakan latar belakang warna, prinsip dan tujuan dari organisasi itu yang berbeda-beda.

Tetapi satu prinsip yang terpateri pada tiap organisasi ialah mencapai tujuan organisasi dalam bingkai keragaman tiap-tiap dari anggota organisasi tersebut. Hal ini menjadikan kita mampu memadukan gagasan dan ide masing-masing dalam setiap tindakan atau agenda bersama yang melibatkan orang banyak demi memberi pemahaman kepada orang banyak pula. Sehingga tercapailah proses dalam meraih intelektual.

Wallahu a’lam bishowwab.

Oleh : Muhammad Ivansyah (Ketua Komisariat PK IMM IAIN Kendari)






No comments:

Post a Comment