Thursday, 14 December 2017

Sekilas Tentang Partai Kesatuan Mahasiswa (PKM) IAIN Kendari

Penulis ; Hamka Dwi Sultra

Kampus merupakan miniatur dari negara indonesia, berbagai suku, bahasa, budaya, semua bermuara. Terlebih di IAIN Kendari, sebagai satu-satunya instistusi Perguruan Tinggi Keagamaan di Sulawesi Tenggara, IAIN Kendari telah mewakili warna-warna Sulawesi Tenggara, maka telah selayaknya pula IAIN Kendari memiliki miniatur sebuah negara. Terlepas dari latar belakang sejarah yang mengawalinya, dengan student goverment para mahasiswa mencoba menjadikan IAIN Kendari nampak sebagai benar-benar negara yang banyak mengadopsi tentunya tata pemerintahan negara indonesia.

Salah satu sample IAIN Kendari dalam mengadopsi tata pemerintahan negara dari segi Pesta Demokrasi Mahasiswa telah menggunakan sistem partai dan lembaga-lembaga pendukung seperti KPUM, PANWAS dll.

Partai Kesatuan Mahasiswa (PKM) IAIN Kendari merupakan salah satu partai mahasiswa yang eksis dalam proses dinamika demokrasi dan keorganisasian di IAIN Kendari. Partai Kesatuan Mahasiswa (PKM) didirikan pada tahun 2014 dengan ketua partai mahasiswa pertama yaitu Helmin, kemudian ditahun 2015 ketua partai mahasiswa diambil alih oleh Hamka Dwi Sultra yang merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Prodi Ekonomi Syariah.

Partai Kesatuan Mahasiswa (PKM) sendiri memiliki tujuan yaitu mewujudkan kehidupan organisasi yang TIDAK bersifat Fundamentalisme, eksklusif, dan premordialisme.

Seiring dengan perkembangan zaman dan dalam eksistesinya wujudkan generasi anti premordial, logo generasi awal dianggap lucu dan kurang garang. Untuk itu dimasa kepemimpinan Hamka Dwi Sultra bersama para founding father partai membuat logo baru yang lebih garang serta cocok dengan idealisme dan tujuan partai ini.

Logo Partai Kesatuan Mahasiswa (PKM)

Partai Kesatuan Mahasiswa (PKM) IAIN Kendari dimasa kepemimpinan Hamka Dwi Sultra juga memiliki trackrecord yang cukup baik dalam dinamika PEMILMA di lingkungan kampus IAIN Kendari, terbukti dengan kemenangan dan keberhasilan menduduki ketua-ketua serta presidium lembaga politik kampus IAIN Kendari, pada PEMILMA tahun 2016, figur PKM berhasil menduduki kursi ketua di, SEMA Isntitut, DEMA Institut, SEMA FEBI, SEMA FAKSYAR, DEMA FUAD, SEMA FUAD, DEMA FATIK dan SEMA FATIK.

Amiludin
Ketua Partai Kesatuan Mahasiswa (PKM) Periode 2017/2018

Tahun 2017 Partai Kesatuan Mahasiswa telah berganti ketua yang kini diketuai oleh Amiludin mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Prodi Ekonomi Syariah, pergantian kepengurusan ini dilakukan dalam hal menghadapi PEMILMA 2017/2018 mendatang.

Saturday, 2 December 2017

Intelektual Mahasiswa Tidak Dibentuk Dalam Ruang Akademik

Mengurai Realita
Kampus sebagaimana yang kita sadari secara awam ialah istana bagi tempat mengabdinya para intelektual muda juga cendekiawan didalam segala lini bidang ilmu pengetahuan yang dikuasainya. Menjadi ruang belajar yang mendorong pegiatnya menemukan jati diri dalam agenda kuliah, presentase, diskusi tanya jawab lalu keluar kelas. Benarkah ini yang kita harapkan?

Hemat saya, rutinitas kuliah atau ruang akademik hari ini tidak mampu membentuk mahasiswa serta mahasiswinya-nya menjadi intelektual-intelektual muda harapan bangsa. Mengapa demikian? Karena proses yang dilakukan dalam berkuliah hari ini tidak menyentuh ideologi sama sekali, kuliah yang terpenting adalah absensi kehadiran serta berlomba-lomba meraih IPK tertinggi dengan predikat cum laude 4.0, menjadikan kita benar-benar harus terfokus dengan tugas, diktat, laporan dan lain sebagainya. Konsekuensinya kita melupakan tugas utama seorang mahasiswa (intelektual). Apa itu?

Bagi Prof. Dr. Kuntowijoyo, intelektual bukanlah sosok yang berjalan diatas mega kebesarannya, pemikirannya melangit ataupun menghafal seluruh isi bacaan bukunya tetapi intelektual adalah pemikir yang tidak hilang jiwa sosialnya, yang memiliki kesadaran akan tanggung-jawab sosial untuk membela kaum mustad’afiin, peduli terhadap kaum tertindas, dan segala kebijakan ekonomi, politik, sosial, dan budaya yang merugikan negara juga masyarakat.

Kaum intelektual bukanlah kaum yang hanya hadir dalam dunia ide, gagasan dan wacana semata melainkan hadir dalam realitas yang nyata, gerakannya harus membumi dirasakan oleh masyarakat. Inilah yang disebut oleh Antonio Gramsci sebagai intelektual organik, yaitu intelektual yang mampu menyelami realitas nyata masyarakat.

Jika tidak ditemukan diruang kuliah, lalu dimana mahasiswa akan meraih predikat intelektual itu? Salah satunya ialah dengan jalan berorganisasi. Organisasi jika saya uraikan pengertiannya pasti menuai perdebatan yang ruwet, dikarenakan latar belakang warna, prinsip dan tujuan dari organisasi itu yang berbeda-beda.

Tetapi satu prinsip yang terpateri pada tiap organisasi ialah mencapai tujuan organisasi dalam bingkai keragaman tiap-tiap dari anggota organisasi tersebut. Hal ini menjadikan kita mampu memadukan gagasan dan ide masing-masing dalam setiap tindakan atau agenda bersama yang melibatkan orang banyak demi memberi pemahaman kepada orang banyak pula. Sehingga tercapailah proses dalam meraih intelektual.

Wallahu a’lam bishowwab.

Oleh : Muhammad Ivansyah (Ketua Komisariat PK IMM IAIN Kendari)